1. JUMLAH KEPADATAN DAN LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK

Kota Sukabumi merupakan wilayah administratif tingkat II di propinsi Jawa Barat yang terdiri dari 7 kecamatan dan 33 kelurahan. Berdasarkan hasil proyeksi pertengahan tahun, jumlah penduduk kota Sukabumi tahun 2013 sebesar 311.822 jiwa dengan rincian: 158.175 penduduk laki-laki (50,73%) dan 153,647 penduduk perempuan (49,27%). Dengan luas wilayah sekitar 48 KM 2 , kepadatan penduduk di Kota Sukabumi sekitar 6.496 jiwa/km 2 . Kepadatan tertinggi berada di kecamatan Citamiang yang merupakan wilayah kecamatan tersempit dan berlokasi dekat dengan pusat perbelanjaan dan kepadatan penduduk terendah berada di kecamatan Lembursitu.

Tabel Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP)

Kota Sukabumi

 

Sumber: Proyeksi Penduduk BPS Kota Sukabumi

*) Angka sementara

Dari tabel di atas diketahui jumlah penduduk di Kota Sukabumi mengalami peningkatan dari tahun 2012 ke tahun 2013, tapi jika kita melihat laju pertumbuhan penduduknya (LPP), Kota Sukabumi mengalami trend penurunan LPP dari 1,214 di tahun 2012 menjadi 1,102 di tahun 2013. Penurunan LPP dari tahun ke tahun di Kota Sukabumi tidak terlepas dari keberhasilan program keluarga berencana (KB) yang terus digalakkan di daerah ini. Namun demikian, pemerintah Kota Sukabumi harus lebih memberikan perhatian terhadap masalah kependudukan ini karena berdasarkan data Sensus Penduduk (SP 2010). LPP Kota Sukabumi termasuk urutan ke-11 tertinggi dari 27 kota/kab di Jawa Barat,sementara berdasarkan luas nya, wilayah Kota Sukabumi adalah wilayah tingkat II tersempit di Jawa Barat bersama dengan Kota Cirebon dan Kota Cimahi. Salah satu sebabnya LPP kota sukabumi tinggi adalah TFR 1 dan ASFR 2 yang cukup tinggi dibanding kota/kab lainnya di provinsi Jawa Barat. Data hasil dari Sensus Penduduk 2010, TFR Kota Sukabumi sebesar 2,5 dan itu merupakan rangking ke-8 tertinggi di Jawa Barat dan ASFR yang tergolong masih tinggi.

Grafik Age Specific Fertility Rate (ASFR) Kota Sukabumi

Usia 15-49 tahun merupakan usia subur bagi wanita, sementara itu wanita pada kelompok umur 20-24 tahun dan 25-29 tahun merupakan usia paling produktif untuk melahirkan anak. Grafik 3.1. menyajikan ASFR Kota Sukabumi berdasarkan data Sensus Penduduk 2010. Dari data tersebut

terlihat bahwa semakin bertambah usia wanita maka tingkat fertilitasnya akan semakin menurun. ASFR pada kelompok usia 25-29 di Kota Sukabumi merupakan yang tertinggi dibanding dengan kelompok usia lainnya yaitu sebesar 142,5 dimana artinya terdapat 143 bayi yang dilahirkan oleh 1000 wanita pada usia 25-29 di tahun 2010.

2. RASIO JENIS KELAMIN

Rasio jenis kelamin (RJK) atau sex ratio adalah perbandingan banyaknya jumlah penduduk berjenis kelamin laki laki dibanding perempuan per 100 penduduk perempuan. Data mengenai rasio jenis kelamin berguna untuk pengembangan perencanaan pembangunan yang berwawasan gender, terutama yang berkaitan dengan perimbangan pembangunan laki-laki dan perempuan secara adil. Seperti pengembangan pendidikan berwawasan gender atau untuk peningkatan keterwakilan perempuan dalam parlemen. Menurut definsi dari Bank Dunia, pembangunan berprespektif gender mengandung pengertian sebagai upaya mengintegrasikan masalah gender dalam pembangunan melalui pemenuhan hak‐hak dasar seperti pendidikan, kesehatan, kredit, pekerjaan, dan peningkatan peran serta dalam kehidupan publik (Bank Dunia, 2005). Jika nilai sex ratio di suatu wilayah lebih besar dari 100, artinya di wilayah tersebut jumlah penduduk laki-lakinya lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan dan sebaliknya jika sex ratio lebih kecil dari 100, penduduk perempuan di suatu wilayah tersebut lebih banyak dibanding dengan jumlah penduduk laki-laki. Jika nilai sex ratio sama dengan 100 berarti jumlah penduduk laki-laki sama dengan jumlah penduduk perempuan.

Grafik Perbandingan Rasio Jenis Kelamin (RJK) Penduduk

Kota Sukabumi

Perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di Kota Sukabumi dalam waktu 2 tahun terakhir berada di atas angka 100, yang artinya jumlah penduduk laki-laki di kota sukabumi masih lebih banyak dari jumlah penduduk perempuan. Tahun 2013 rasio jenis kelamin di Kota Sukabumi sebesar 102,9 artinya terdapat 102 penduduk laki-laki per 100 penduduk perempuan. Berbeda dengan rasio jenis kelamin tahun 2012 dimana sex rationya adalah 103.

3.  RASIO KETERGANTUNGAN

Rasio Ketergantungan adalah perbandingan penduduk berumur 0-14 tahun ditambah dengan penduduk umur 65 tahun keatas dibandingkan dengan jumlah penduduk umur 15-64 tahun. Rasio Ketergantungan dapat dilihat menurut umur yaitu Rasio Ketergantungan Muda 3 dan Rasio Ketergantungan Tua.

Tabel Persentase Penduduk Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin

Kota Sukabumi

Rasio ketergantungan secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara apakah tergolong negara maju atau negara berkembang. Suatu negara dikatakan maju jika memiliki rasio ketergantungan lebih kecil. Semakin tingginya persentase rasio ketergantungan menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan persentase rasio ketergantungan yang semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi.

Tabel Persentase Penduduk Menurut Golongan Produktif dan Jenis Kelamin

Kota Sukabumi

Dari tabel dapat dilihat secara total, rasio ketergantungan Kota Sukabumi pada tahun 2013 adalah sebesar 48,44 persen, dimana setiap 100 orang yang berusia produktif menanggung sebanyak 48 orang yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Angka ketergantungan tersebut disumbang oleh rasio ketergantungan penduduk muda 3 sebesar 41,73 persen dan rasio ketergantungan tua 4 sebesar 6,70 persen. Dari komposisi jumlah penduduk tersebut, dapat dilihat bahwa di Kota Sukabumi pada tahun 2013, penduduk usia produktifnya lebih banyak proporsinya dibanding penduduk yang tidak produktif, dan jika dibandingkan, saat ini usia produktifnya lebih banyak menanggung terhadap penduduk usia muda dibanding penduduk usia tua. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, di tahun 2013 terjadi kenaikan jumlah penduduk yang dikategorikan produktif dan terjadi penurunan jumlah penduduk yang dikategorikan belum produktif (muda) dan jumlah penduduk yang di kategorikan tidak produktif (tua) sehingga hal tersebut menyebabkan terjadi penurunan rasio ketergantungan sebesar 4,2 persen dari tahun 2012 sebesar 52,64 persen menjadi 48,44 persen pada tahun 2013. Penurunan rasio ketergantungan pada tahun 2013 di Kota Sukabumi menunjukan berkurangnya beban yang ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi.

Grafik Perbandingan Ratio Ketergantungan

Kota Sukabumi

Untuk beberapa tahun ke depannya, kita bisa lihat bahwa mereka yang sekarang pada posisi usia produktif akan memasuki usia tua dan pensiun. Maka pada saat itulah Indonesia, khususnya Kota Sukabumi akan mengalami ageing population yang sekarang sedang dialami negara negara maju seperti negara- negara Eropa dan Jepang dimana usia pensiun mendominasi struktur masyarakat.

Walaupun bukanlah masalah yang mendesak, pemerintah Kota Sukabumi harus mempersiapkan diri menghadapi permasalahan penuaan penduduk. Karena ketika pada saat tersebut berarti beban yang ditanggung para usia produktif akan sangat berat. Pemerintah harus menyiapkan program-program yang mendukung dengan kondisi kependudukan dengan karakteristik tersebut, seperti penyediaan jaminan sosial, pendidikan dan perawatan kesehatan. Sejak dini pemerintah perlu merancang desain kebijakan kependudukan yang bersifat population responsive. belajar dari kasus negara-negara maju yang telah dulu mengalami ageing population, Mereka menyiapkan kondisi ini sejak dini dalam program pembangunan mereka sehingga mereka mendapatkan manfaat dari penuan penduduk karena penduduk usia tuanya bisa produktif lebih lama. Pemerintah Kota Sukabumi harus bersiap diri sehingga justru penuaan penduduk di masa mendatang ini menjadi apa yang disebut dengan “bonus demografi kedua”. Bonus demografi kedua terlaksana jika para lansia masih produktif dan menyumbang pertumbuhan ekonomi.